Diberdayakan oleh Blogger.
  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Kontak
  • Kuliah
  • Jalan Jalan

Pages

Agricultural Extension



Salah satu cara yang dapat dipakai untuk mengendalikan hama tikus adalah dengan membuat perangkap tikus dengan menggunakan ember. Pembuatan perangkap tikus dengan ember ini hemat biaya karena bahan dan alat yang digunakan mudah ditemukan di rumah. Selain itu, perawatan juga mudah.
1.   Mekanisme Kerja
Cara kerja perangkap tikus dengan ember yang dibuat adalah sebagai berikut: 
a.   Tikus merayap naik lewat kayu karena mencium bau makanan.
b.   Di dalam ember sudah terpasang kaleng yang sudah diolesi bahan makanan sebagai pancingan. 
c.   Kaleng tersebut kedua ujungnya dihubungkan ke ember dengan seutas kawat besi. Saat tikus naik ke atas kaleng, kaleng akan berputar.
d.   Tikus kehilangan keseimbangan tubuh dan terjatuh ke dalam ember yang telah terisi air.
2.   Alat dan Bahan yang Disiapkan
a.   Ember cat besar 
b.   Botol bekas
c.   Papan
d.   Tang
e.   Kawat atau besi, bisa dari hanger/gantungan baju
f.     Paku atau Bor untuk melubangi Ember
g.   Selai kacang/ keju atau rasa lain yang disukai tikus
h.   Air dan oli
3.   Langkah Kerja (Sumber gambar dari http://kir-ak-31.blogspot.co.id/2013/11/cara-membuat-jebakan-tikus-sederhana.html)
a.      Bor / lubangi Ember dengan menggunakan paku di sisi kanan dan sisi kiri ember untuk  menyangga kawat.


b.      Lubangi Botol yang tidak terpakai (bisa botol air mineral) dengan menggunakan paku atau bor pada bagian atas dan bawah botol

c.      Siapkan kawat dari gantungan baju (dapat pula dipakai besi), dan potong bagian yang lurus dengan menggunakan tang dan sepanjang diameter ember

d.       Susun Botol yang telah dilubangi dan tusukkan kawat hingga tembus ember.

e.      Olesi botol dengan mentegam selai kacang, keju, atau makanan lain yang disukai oleh tikus.

f.           Taruh jebakan tikus sederhana ini pada tempat yang  strategis, yaitu di dekat sarang tikus. Berikan Alas agar tikus bisa naik ke ember. Kemudian berikan air sepertiga dari volume ember agar jika ada tikus terpeleset bisa langsung tenggelam. Tambahkan pula oli dan dioleskan pada dinding dalam ember agar mempersulit tikus untuk keluar dari ember.

4.   Hasil Kerja
Gambar di bawah adalah ini contoh hasil dari jebakan tikus sederhana. Prinsipnya adalah, jika tikus hendak memakan mentega atau selai yang dioleskan ke botol, maka tikus akan terpeleset dan jatus ke dalam ember yang telah berisi air. Tikus akan mati karena tenggelam. Petani perlu mengecek setiap pagi dan mengubur atau membunuh tikus yang sudah terperangkap.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

MENGENAL TIKUS SAWAH

1.   Perkembangbiakan tikus

Tikus sawah dalam klasifikasi binatang termasuk dalam kelas Mammalia (binatang menyusui), ordo Rodentia (binatang mengerat), familia Muridae, genus Rattus, dan spesies Ratus argentiventer. Menurut Sudarmaji (2008), ciri-ciri morfologi tikus sawah adalah berat badan tikus dewasa antara 100-230 g, panjang kepala-badan antara 70-208 mm, panjang tungkai belakang 32-39 mm, dan panjang telinga 20-22 mm, ekor lebih pendek dari panjang kepala-badan, tubuh bagian dorsal berwarna coklat dengan bercak hitam pada rambut-rambutnya, bagian bawah berwarna putih.
Sumber gambar : http://planthospital.blogspot.com/2016/01/bioekologi-dan-pengendalian-tikus-sawah.html

Tikus betina memiliki 12 buah puting susu, tikus jantan terlihat ada testisnya. Tikus sawah menjadi dewasa dan siap kawin setelah bermumur 5-9 minggu. Tikus betina bunting selama 21 hari, seekor tikus sawah betina rata-rata menghasilkan 10 ekor anak tikus dengan perbandingan jenis jantan dan betina adalah 1:1 (5 betina dan 5 jantan), menyusui selama 21 hari. Tikus sawah berkembang biak selama sepanjang tahun dan selama satu musim tanam padi dapat beranak tiga kali. Kematangan seksual tikus betina pada umur sekitar 28 hari dan buntung pada sekitar umur 40 hari.
2.   Habitat
Habitat merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangbiakan tikus sawah. Tikus sawah memiliki habitat yang dapat memberikan perlindungan dari gangguan predator dan dekat dengan sumber makanan dan air. Hasil penelitian Sudarmaji dkk. (2007) melaporkan bahwa di ekosistem sawah irigasi teknis, ada lima habitat utama tikus sawah yaitu tepi kampung, tanggul irigasi, jalan sawah, parit sawah, dan tengah sawah. Habitat tepi kampung dan tanggul irigasi merupakan habitat yang paling disukai tikus sawah. Habitat tepi kampung merupakan tujuan tikus migrasi pada periode bera untuk memperoleh pakan alternatif dan berlindung sementara. Tanggul irigasi merupakan habitat  penting tikus sawah yang merupakan habitat utama untuk berkembang biak.
3.   Tanda-tanda keberadaan tikus
Keberadaan tikus dapat dilihat dari feses yang dikeluarkan, keberadaan feses juga dapat sebagai penanda apakah tikus tersebut masih ada di daerah tersebut atau sudah pergi. Feses yang masih basah menandakan bahwa tikus masih beraktivitas di tempat tersebut. Selain dapat dilihat dari feses atau kotoran keberadaan tikus juga dapat dilihat dari kerusakan yang ditimbulkannya, biasanya terdapat bekas keratan pada tanaman. Keberadaan tikus juga dapat dilihat dari jalan yang biasa dilewatinya (run way) dimana pada run way tersebut terdapat jejak kaki. Sarang juga dapat sebagai penanda adakah tikus di tempat tersebut, untuk mengetahui apakah lubang atau sarang masih digunakan dapat dengan jalan menutup lubang dengan gundukan tanah , jika gundukan tanah tersebut berlubang maka sarang masih aktif.
 PENGENDALIAN TIKUS

Pengendalian tikus pada dasarnya adalah upaya menekan tingkat populasi tikus menjadi serendah mungkin melalui berbagai metode dan teknologi pengendalian, sehingga secara ekonomi keberadaan tikus di lahan pertanian tidak merugikan secara nyata. Menjaga populasi tikus sawah agar selalu berada pada tingkat populasi yang rendah adalah penting.
Tikus dapat menyerang padi pada berbagai stadia pertumbuhan, bahkan menyerang padi di dalam gudang penyimpanan. Tikus paling senang menyerang padi pada stadia generatif. Pada stadia generatif tikus biasanya memakan bulir dan malai padi. Pada stadia persemaian tikus mencabut tanaman padi yang baru tumbuh untuk memakan bagian biji yang masih tersisa. Pada stadia vegetatif tikus memakan batangnya dengan cara memotong pangkal batang. Secara umum metode pengendalian tikus sama dengan pengendalian hama-hama yang lain. Pengendalian tikus hendaknya menggunakan konsep PHT dimana penggunaan pestisida atau rodentisida hanya digunakan pada kondisi terpaksa atau jika metode yang lain sudah tidak mampu menanggulangi populasi hama tikus.
Pengendalian hama tikus didasarkan pada pemahaman ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif dan berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama (berkelompok) dan terkoordinir dengan cakupan sasaran pengendalian dalam skala luas.
Strategi pengendalian tikus sawah terutama harus dilakukan pada saat populasi tikus masih rendah dan mudah pelaksanaannya yaitu pada periode awal tanam, dengan sasaran menurunkan populasi tikus betina dewasa sebelum terjadi perkembangbiakan. Membunuh satu ekor tikus betina dewasa pada awal tanam, setara dengan membunuh 80 ekor tikus setelah terjadi perkembang-biakan pada saat setelah panen.
Penurunan tingkat populasi pada awal tanam (dini) adalah sangat penting karena menentukan keberhasilan pengendalian tikus sepanjang musim tanam. Di samping itu pengendalian tikus yang dilakukan ketika tanaman padi telah tinggi (canopinya telah menutup) akan lebih sulit, karena sebagian tikus sudah berada di tengah pertanaman padi. Pada periode bera, tikus berada pada berbagai habitat di sekitar persawahan seperti tanggul irigasi, pematang besar, jalan sawah, anak sungai, pinggiran desa dan lain-lain. Oleh karena itu tindakan pengendalian dini ditujukan pada habitat-habitat tikus tersebut.
Pengendalian tikus harus mencakup target areal yang luas dengan memperhatikan habitat perlindungan tikus (refuge habitats) pada saat bera di luar daerah persawahan. Habitat tersebut merupakan sumber investasi tikus sawah pada saat ada pertanaman padi.
Kunci sukses pengendalian hama tikus terpadu adalah adanya partisipasi semua petani dan dilakukan secara berkelanjutan serta terkoordinir dengan baik. Pengendalian tikus yang dilaksanakan secara sendiri-sendiri tidak akan mendapatkan hasil yang efektif. Hal tersebut disebabkan oleh mobilitas tikus sawah yang tinggi, sehingga daerah yang telah dikendalikan akan segera terisi oleh tikus yang berasal dari daerah sekitarnya (ekologi kompensasi).

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Penulis

Pemuda Bantul- Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan - Suka Belajar - Pemburu Kuliner - Travel Addict

Follow Us

  • Google Plus
  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook

Postingan Populer

  • Identifikasi Saluran dan Rantai Pemasaran dan Studi Kasus Kacang Tanah di Bambanglipuro
    Umumnya  saluran  pemasaran  terdiri  atas sejumlah  lembaga  pemasaran  dan  pelaku  pendukung.    Mereka  secara bersama-sama megirimkan ...
  • Identifikasi Lembaga Pemasaran dan Studi Kasus Kacang Tanah di Bambanglipuro
    Menurut Andajani (2012) dengan dokumen yang bisa diunduh disini , lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggaraka...
  • PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK
    Penentuan harga jual, terutama untuk harga produk hasil pertanian merupakan unsur penting dalam pengambilan suatu keputusan untuk pertumbuh...
  • Aspek Teknis Dan Teknologi, Aspek Manajemen Operasional, dan Aspek Keuangan PROPOSAL USAHA EMPING GARUT
    Emping Garut 'Garoot' Rasa Original Setelah pada artikel sebelumnya tentang Aspek Pasar dan Pemasaran, dan Analisis SWOT...
  • Aspek Pasar dan Pemasaran, dan Analisis SWOT dalam PROPOSAL USAHA BISNIS EMPING GARUT
    Emping Garut 'GAROOT' Dalam menjalankan sebuah usaha, diperlukan sebuah perencanaan yang matang dan dituangkan dalam bentuk...

Blog Archive

  • ▼  2018 (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ▼  Juli (3)
      • Perangkap Tikus dengan Ember
      • Mengenal Tikus Sawah dan Mengendalikannya
      • Tentang Penulis
  • ►  2017 (15)
    • ►  Februari (14)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  September (2)

Categories

pemasaran hasil pertanian PWMP konsumen pasar stpp yogyakarta pasar pertanian bambanglipuro bantul harga produk kacang tanah penentuan harga produk analisa usaha emping garut karakteristik pasar lembaga pemasaran pangsa pasar produk tani rantai pemasaran saluran pemasaran segmentasi pasar studi kasus proposal usaha SWOT aspek keuangan fungsi pemasaran manajemen operasional penetapan harga produk persaingan sempurna proposal usaha stpp teknis dan teknologi

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates